JVMP
JVMP merespons Gedung Utama DPRD DIY yang terletak di kawasan Malioboro, Minggu malam (30/8). Cahaya projector mampu menambah keindahan artistik gedung wakil rakyat ini.
JOGJA – Jogja Video Mapping Project (JVMP) kembali beraksi di gelaran Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Kali ini JVMP merespons Gedung Utama DPRD DIJ yang terletak di kawasan Malioboro, Minggu malam (30/8). Cahaya projector mampu menambah keindahan artistik gedung wakil rakyat ini.
Aksi kemarin merupakan agenda pertama mereka dalam penyelenggaraan FKY 27. Koordinator JVMP Raphael Donny mengungkapkan, aksi JVMP memang ikonik. Pihaknya, memilih merespons gedung-gedung bersejarah di Jogjakarta dengan video mapping.
“Untuk kali ini kita respons secara bebas. Ada sekitar lima karya yang kita hadirkan dalam video mapping di Gedung DPRD DIJ. Untuk menghidupkan suasana juga berkolaborasi dengan tari,” ungkapnya.
Aksi mereka di Gedung DPRD DIJ terbilang kreatif. Setiap sudut gedung direspons dengan beragam pola visual yang indah. Mulai dari efek 3 dimensi (3D) hingga permainan warna dihadirkan oleh JVMP.
Tarian yang dihadirkan ikut menambah keindahan cahaya yang dihasilkan oleh penggawa-penggawa JVMP. Antusiame penonton pun membeludak hingga ke gerbang luar DPRD DIJ. Beberapa pengendara bahkan melambatkan kendaraan mereka ketika melewati gedung ini.
Penonton terlihat memadati gedung wakil rakyat ini. Saat permainan cahaya dimulai, tak jarang mereka mengabadikannya melalui gadget masing-masing. Baik dalam foto maupun mengabadikannya ke dalam video.
“Animo masyarakat untuk menikmati JVMP selalu meningkat. Bahkan peminat untuk belajar juga bertambah. Di FKY 27, kita membuka sesi khusus untuk berbagi ilmu,” katanya.
Dipilihnya Gedung DPRD selain mengandung nilai sejarah juga karena lekuk arsitekturnya. Empat pilar raksasa, dua buah pintu besar hingga logo Pemprov DIJ direspons secara apik.
“Ada tantangan tersendiri untuk “mewarnai” Gedung DPRD DIJ. Meski begitu, gedung ini tidak memiliki penghalang di depannya sehingga idel untuk direspons,” urainya.
Selain Gedung DPRD DIJ, JVMP juga akan mewarnai Panggung Krapyak pada 4 September mendatang. JVMP tengah mempersiapkan desain untuk berkolaborasi dengan bangunan bersejarah milik Keraton Jogjakarta ini.
PRESS RELEASE SUMONAR

Lampor, Kisah Legendaris Yang Terlupakan

Yogyakarta, 1 Agustus 2019 – Anjing-anjing menggonggong, burung-burung pun tak kuasa untuk tidak bersuara. Air sungai bergejolak, menandakan akan terjadi sesuatu yang sangat mengerikan di mata manusia. Bagi mereka yang peka, suara alat musik pukul akan terdengar yang diiringi oleh suara telapak kaki kuda yang sedang melakukan perjalanan bersama sebuah rombongan dari arah Selatan menuju Utara. Jika sudah seperti itu, seberapa pun beraninya seseorang pasti akan ciut dibuatnya.
Lalu, jendela itu, pintu serta manusia yang ada di luar kediamannya dengan sergap mengunci diri. Di dalam benaknya, mereka tak ingin menyaksikan kejadian yang mengerikan itu tertangkap oleh mata telanjang. Karena kata orang-orang, jika sampai manusia menyaksikan hal itu, mereka tak akan kembali lagi. Jika pun kembali, waras sudahlah tak akan ada lagi di dalam diri mereka seperti sebelumnya. Dan, hal itu coba kembali dikisahkan oleh Anung Srihadi, Ruly “Kawit” Prasetya dan Dani Argi dalam sebuah karya video mapping berjudul “Lampor”.Karya “Lampor” sendiri mereka tampilkan pada Kamis, (1/8/2019) malam dalam festival video mapping SUMONAR 2019 bertajuk “My Place, My Time”. Selain karya dari kolaborasi dari Anung, Ruly dan Dani tersebut, dalam penyelenggaraan
SUMONAR 2019 hari ke tujuh ini juga menampilkan karya video mapping dari Lepaskendali x Bazzier x Sasi berjudul “Moon & Sun”, Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk berjudul “Bias Kota”, Raymond Nogueira/Rampages, MoDAR berjudul “Timeless Dream”, dan juga karya dari Ismoyo Adhi x THMD x Wasis Tanata berjudul “Temu”. Ruly “Kawit” Prasetya menjelaskan, dalam karya kolaborasinya bersama Anung dan
Dani, mereka ingin menyampaikan tentang salah satu kisah mitos legendaris
masyarakat Yogyakarta yang saat ini sudah mulai terlupakan. Ia berkisah, Lampor sendiri adalah pasukan dari laut Selatan yang melakukan perjalanan menuju Utara, yaitu Gunung Merapi. Dalam perjalanannya para pasukan tersebut selalu menggunakan jalur sungai yang membentang di Yogyakarta. Seperti Kali Code, Winongo maupun Bedog.“Sebenarnya kisah tentang Lampor ini adalah kisah-kisah yang selalu diceritakan oleh orang-orangtua kami dulu ketika kami masih kecil. Namun saat ini, banyak dari anak muda di Yogyakarta tidak mengetahui kisah tentang Lampor yang sebetulnya merupakan cerita yang diketahui secara turun temurun. Melalui karya
video mapping yang kami beri judul “Lampor” juga, kami ingin kembali
mengisahkan cerita ini dengan karya yang kami harapkan akan bisa lebih mudah untuk dicerna oleh masyarakat, terutama generasi mudanya,” tutur Ruly. Tak hanya itu, di dalam karya berdurasi sekitar empat menit tersebut, Ruly Cs memperlihatkan beberapa hal yang bermuatan kritik terhadap sesuatu yang terjadi pada sungai yang ada di Yogyakarta saat ini. Misalnya saja seperti ornamen-ornamen sampah berserakan yang mereka gambarkan di dalam karyanya. Dan hal inilah yang perlu diketahui oleh masyarakat Yogyakarta bahwa sungai bukanlah tempat untuk membuang sampah.
“Misalnya saja kita bayangkan jika Lampor itu memang ada, saat sampah dibuang sembarangan dan bermuara di laut Selatan, para “penghuni” laut Selatan pasti akan marah. Tak hanya itu, dalam kenyataannya jika memang sampah itu dibuang ke sungai, biota-biota di laut pun akan sangat terganggu keberlangsungan hidupnya. Dan kami berharap, melalui karya video mapping “Lampor” ini masyarakat yang tidak tahu tentang kisah ini menjadi tahu dan tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan pada sugai,” jelas Ruly. Tambah Ruly, dalam karya “Lampor” ini mereka pun menggaet Paksi Laras Alit untuk mendramatisir karya tersebut dengan sajian audio yang mampu membuat bulu kuduk berdiri. Kolaborasi perdana beberapa seniman Dipertunjukan kedua karya-karya video mapping dari rangkaian SUMONAR 2019 tersebut, setidaknya disaksikan oleh ratusan pengunjung yang hadir beberapa daerah di Indonesia maupun mancanegara. Aji Wartono, salah satu pengunjung pada malam ini menuturkan, SUMONAR tidak hanya sebagai festival yang menyajikan sebuah karya seni kepada khalayak luas, namun di dalamnya terdapat
kolaborasi dari beberapa disiplin ilmu maupun dari para senimannya.
“Sumonar ini adalah bukti bahwa teknologi modern itu bisa bersinergi dengan budaya yang sudah ada sebelumnya. Hal ini pun merupakan bukti bahwa generasisekarang bisa menyikapi tradisi dengan cara mereka dengan dinamis dan kreatif.
Semua yang dilakukan ini telah membawa budaya mengikuti zaman. SUMONAR harus terus lanjut dan didukung,” tutur Aji. Raphael Donny, Ketua Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP) menambahkan,
dalam penayangan karya video mapping pada Kamis (1/8/2019) malam ini adalah momen yang dimanfaatkan oleh para seniman yang ada di JVMP untuk mempresentasikan karya-karyanya kepada khalayak luas. “Dan di kali kedua pertunjukan karya-karya video mapping di Gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos Indonesia Yogyakarta ini, banyak seniman dan kolaboratornya yang baru pertama kali membuat karya video mapping,” tambahnya.
Selain pertunjukan video mapping, SUMONAR juga hadir dalam bentuk pameran instalasi seni cahaya yang bertempat di Loop Station dan masih terbuka untuk umum hingga tanggal 5 Agustus 2019. Agenda selanjutnya dari SUMONAR adalah Creative Sharing bersama Ican Agoesdjam, Isha Hening dan Kongfoo Motion, yang akan diadakan pada 4 Agustus 2019 di Museum Sonobudoyo. Dan pertunjukan video mapping selanjutnya dilangsungkan pada 5 Agustus 2019 di Gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos Besar Yogyakarta sekaligus menjadi Closing Ceremony SUMONAR
2019. Informasi lebih lanjut dapat mengikuti kanal resmi di
www.jogjavideomapping.com dan akun sosmed IG @sumonarfest.(*) Narasumber:
- Ruly “Kawit” Prasetya – Seniman di SUMONAR 2019
- Aji Wartono – Pengunjung SUMONAR 2019
- Raphael Donny – Ketua JVMP
------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIS Video Mapping dan Instalasi SUMONAR 2019 :
Anung Srihadi X Ruly Kawit X Dani Argi
Chiefy Pratama (NEXT)
Doni Maulistya
Eureca Indonesia
Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk
Furyco
Isha Hening X Iga Massardi
Ismoyo R Adhi
JVMP X Febrianto Tri Kurniawan
Lepaskendali x Bazzier x Sasi
Lepaskendali x Zianka Media
Lintang KRP x SIR
Luwky
LZYVisual
MöDAR
MVLTIVERSE [Derek Tumala & Clarissa Gonzales) (Philippines)
Raymond Nogueira/Rampages (Macau)
RPTV
Studio Batu
SWIBOWOJ
Uji "Hahan" Handoko
UVISUAL

PROGRAM ACARA :
1. Tgl 26 Juli 2019, pukul 19.30 – 20.00 WIB : Opening Ceremoy SUMONAR –Pertunjukan Video Mapping di Gedung Museum Bank Indonesia, sekaligus pembukaan pameran video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol Km.
2. Tgl 26 Juli – 5 Agustus 2019, pukul 10.00 – 21.00 WIB : SUMONAR Exhibition – Pameran seni video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol KM.
3. Tgl 1 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Video Mapping Show –
Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta.
4. Tgl 4 Agustus 2019, pukul 15.00 – 17.00 WIB : Creative Sharing oleh Ican Agoesdjam dan Isha Hening di Loop Station (gratis dengan mendaftar).
5. Tgl 5 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Closing Ceremony SUMONAR – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta oleh featured artist untuk menutup rangkaian SUMONAR – My Place, My Time.
*program dapat berubah sewaktu-waktu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Media contact : sumonar.marcom@gmail.com
Read More >>
SUMONAR MAPPING SHOW

1 Agustus 2019 | 19.00 WIB | GRATIS - Museum Bank Indonesia
- Kantor Pos Besar Yogyakarta
- Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta

VIDEO MAPPING SHOW
#SumonarArtist
- Anung Srihadi (@theanungs) x Ruly Kawit (@rulykawit) x Dani Argi (@go.ta.mi)
- Fanikini (@fanikini) x Bagus Tikus (@bagustikus) x Kukuh Jambronk (@mbronkmbrink)
- Ismoyo Adhi @ismoyo.adhi x THMD x Wasis Tanata
- Lepaskendali (@lepaskendalilabs) x BAZZIER (@bazzier_graphik) x SASI (@sasi_kirono)
- MöDAR (@resdept)
- Raymond Nogueira / RAMPAGES (@rampages.production) [Macau] 
#SumonarExhibition
- Anung Srihadi (@theanungs) x Ruly Kawit (@rulykawit) x Dani Argi (@go.ta.mi)
- Doni Maulistya (@maulistya)
- Fanikini (@fanikini)
- Ismoyo Adhi (@ismoyo.adhi)
- Lepaskendali (@lepaskendalilabs) x Zianka (@ziankamedia)
- Lintang Radittya (@kenalirangkaipakai) x SIR
- Luwky (@luwky_vj)
- MVLTIVERSE - Derek Tumala (@studioderektumala) x Clarissa Gonzales
- Raymond Nogueira / RAMPAGES (@rampages.production)
- Studio Batu (@studiobatu)
- Uji "Hahan" Handoko (@ujihahan)

#Sumonarfest
#Sumonar2019
#JVMP
#JVMF
#VideoMapping
Read More >>
SUMONAR EXHIBITION

My Place, My Time

26 Juli - 5 Agustus 2019 | 10.00 - 21.00 WIB | di Loop Station Yogyakarta 
@loopstation_yk | GRATIS

#SumonarArtists
.
• Lepas Kendali (@lepaskendalilabs) x Zianka Media (@ziankamedia) - "SSSQUARE V.01"
.
• Doni Maulistya (@maulistya) - "The Useless Monument"
.
• Ismoyo R Adhi (@ismoyo.adhi) - "Kinanti"
.
• Fanikini (@fanikini) - "Light Bathing"
.
• Luwky (@luwky_vj) - "The Square Universe"
.
• Raymond Nogueira / Rampages (@rampages.production) - "flow/er"
.
• Studio Batu (@studiobatu) • Uji "Hahan" Handoko (@ujihahan) - "I Love Bex"
.
• Anung Srihadi (@theanungs) x Ruly Kawit (@rulykawit) x Dani Argi (@go.ta.mi) - "LAMPOR"
.
• MVLTIVERSE. Derek Tumala (@studioderektumala) x Clarissa Gonzales - "Electropicalia".
.
• Lintang KRP (@kenalirangkaipakai) x SIR

#SumonarFest
#Sumonar2019
#Sumonar
#JVMP
#JVMF
#VideoMapping

Read More >>