ABOUT US

Jogjakarta Video Mapping Project [JVMP] is a well-known community of visual artists who created numerous indoor and outdoor collective works since 2013

In the early 2018 JVMP has officially own a notarial deed and legally established as a community that is registered in the Ministry of Law and Human Rights of Indonesia. Technology, video, animation, multimedia, and visualization of lightings are the reason why everyone is gathered in this community. 

A lot of competitions, collective works (national and international), workshops, cooperation with local and private authorities, researches and annual events are always held to maintain the development of community. JVMP is widely open for everyone in Indonesia who are interested to become a member. We are up to any interesting collaboration that you have in mind, do not hesitate to contact us for further discussion.

NEWS

PRESS RELEASE SUMONAR
Lampor, Kisah Legendaris Yang Terlupakan

Yogyakarta, 1 Agustus 2019 – Anjing-anjing menggonggong, burung-burung pun tak kuasa untuk tidak bersuara. Air sungai bergejolak, menandakan akan terjadi sesuatu yang sangat mengerikan di mata manusia. Bagi mereka yang peka, suara alat musik pukul akan terdengar yang diiringi oleh suara telapak kaki kuda yang sedang melakukan perjalanan bersama sebuah rombongan dari arah Selatan menuju Utara. Jika sudah seperti itu, seberapa pun beraninya seseorang pasti akan ciut dibuatnya.
Lalu, jendela itu, pintu serta manusia yang ada di luar kediamannya dengan sergap mengunci diri. Di dalam benaknya, mereka tak ingin menyaksikan kejadian yang mengerikan itu tertangkap oleh mata telanjang. Karena kata orang-orang, jika sampai manusia menyaksikan hal itu, mereka tak akan kembali lagi. Jika pun kembali, waras sudahlah tak akan ada lagi di dalam diri mereka seperti sebelumnya. Dan, hal itu coba kembali dikisahkan oleh Anung Srihadi, Ruly “Kawit” Prasetya dan Dani Argi dalam sebuah karya video mapping berjudul “Lampor”.Karya “Lampor” sendiri mereka tampilkan pada Kamis, (1/8/2019) malam dalam festival video mapping SUMONAR 2019 bertajuk “My Place, My Time”. Selain karya dari kolaborasi dari Anung, Ruly dan Dani tersebut, dalam penyelenggaraan
SUMONAR 2019 hari ke tujuh ini juga menampilkan karya video mapping dari Lepaskendali x Bazzier x Sasi berjudul “Moon & Sun”, Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk berjudul “Bias Kota”, Raymond Nogueira/Rampages, MoDAR berjudul “Timeless Dream”, dan juga karya dari Ismoyo Adhi x THMD x Wasis Tanata berjudul “Temu”. Ruly “Kawit” Prasetya menjelaskan, dalam karya kolaborasinya bersama Anung dan
Dani, mereka ingin menyampaikan tentang salah satu kisah mitos legendaris
masyarakat Yogyakarta yang saat ini sudah mulai terlupakan. Ia berkisah, Lampor sendiri adalah pasukan dari laut Selatan yang melakukan perjalanan menuju Utara, yaitu Gunung Merapi. Dalam perjalanannya para pasukan tersebut selalu menggunakan jalur sungai yang membentang di Yogyakarta. Seperti Kali Code, Winongo maupun Bedog.“Sebenarnya kisah tentang Lampor ini adalah kisah-kisah yang selalu diceritakan oleh orang-orangtua kami dulu ketika kami masih kecil. Namun saat ini, banyak dari anak muda di Yogyakarta tidak mengetahui kisah tentang Lampor yang sebetulnya merupakan cerita yang diketahui secara turun temurun. Melalui karya
video mapping yang kami beri judul “Lampor” juga, kami ingin kembali
mengisahkan cerita ini dengan karya yang kami harapkan akan bisa lebih mudah untuk dicerna oleh masyarakat, terutama generasi mudanya,” tutur Ruly. Tak hanya itu, di dalam karya berdurasi sekitar empat menit tersebut, Ruly Cs memperlihatkan beberapa hal yang bermuatan kritik terhadap sesuatu yang terjadi pada sungai yang ada di Yogyakarta saat ini. Misalnya saja seperti ornamen-ornamen sampah berserakan yang mereka gambarkan di dalam karyanya. Dan hal inilah yang perlu diketahui oleh masyarakat Yogyakarta bahwa sungai bukanlah tempat untuk membuang sampah.
“Misalnya saja kita bayangkan jika Lampor itu memang ada, saat sampah dibuang sembarangan dan bermuara di laut Selatan, para “penghuni” laut Selatan pasti akan marah. Tak hanya itu, dalam kenyataannya jika memang sampah itu dibuang ke sungai, biota-biota di laut pun akan sangat terganggu keberlangsungan hidupnya. Dan kami berharap, melalui karya video mapping “Lampor” ini masyarakat yang tidak tahu tentang kisah ini menjadi tahu dan tidak melakukan sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan pada sugai,” jelas Ruly. Tambah Ruly, dalam karya “Lampor” ini mereka pun menggaet Paksi Laras Alit untuk mendramatisir karya tersebut dengan sajian audio yang mampu membuat bulu kuduk berdiri. Kolaborasi perdana beberapa seniman Dipertunjukan kedua karya-karya video mapping dari rangkaian SUMONAR 2019 tersebut, setidaknya disaksikan oleh ratusan pengunjung yang hadir beberapa daerah di Indonesia maupun mancanegara. Aji Wartono, salah satu pengunjung pada malam ini menuturkan, SUMONAR tidak hanya sebagai festival yang menyajikan sebuah karya seni kepada khalayak luas, namun di dalamnya terdapat
kolaborasi dari beberapa disiplin ilmu maupun dari para senimannya.
“Sumonar ini adalah bukti bahwa teknologi modern itu bisa bersinergi dengan budaya yang sudah ada sebelumnya. Hal ini pun merupakan bukti bahwa generasisekarang bisa menyikapi tradisi dengan cara mereka dengan dinamis dan kreatif.
Semua yang dilakukan ini telah membawa budaya mengikuti zaman. SUMONAR harus terus lanjut dan didukung,” tutur Aji. Raphael Donny, Ketua Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP) menambahkan,
dalam penayangan karya video mapping pada Kamis (1/8/2019) malam ini adalah momen yang dimanfaatkan oleh para seniman yang ada di JVMP untuk mempresentasikan karya-karyanya kepada khalayak luas. “Dan di kali kedua pertunjukan karya-karya video mapping di Gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos Indonesia Yogyakarta ini, banyak seniman dan kolaboratornya yang baru pertama kali membuat karya video mapping,” tambahnya.
Selain pertunjukan video mapping, SUMONAR juga hadir dalam bentuk pameran instalasi seni cahaya yang bertempat di Loop Station dan masih terbuka untuk umum hingga tanggal 5 Agustus 2019. Agenda selanjutnya dari SUMONAR adalah Creative Sharing bersama Ican Agoesdjam, Isha Hening dan Kongfoo Motion, yang akan diadakan pada 4 Agustus 2019 di Museum Sonobudoyo. Dan pertunjukan video mapping selanjutnya dilangsungkan pada 5 Agustus 2019 di Gedung Bank Indonesia dan Kantor Pos Besar Yogyakarta sekaligus menjadi Closing Ceremony SUMONAR
2019. Informasi lebih lanjut dapat mengikuti kanal resmi di
www.jogjavideomapping.com dan akun sosmed IG @sumonarfest.(*) Narasumber:
- Ruly “Kawit” Prasetya – Seniman di SUMONAR 2019
- Aji Wartono – Pengunjung SUMONAR 2019
- Raphael Donny – Ketua JVMP
------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIS Video Mapping dan Instalasi SUMONAR 2019 :
Anung Srihadi X Ruly Kawit X Dani Argi
Chiefy Pratama (NEXT)
Doni Maulistya
Eureca Indonesia
Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk
Furyco
Isha Hening X Iga Massardi
Ismoyo R Adhi
JVMP X Febrianto Tri Kurniawan
Lepaskendali x Bazzier x Sasi
Lepaskendali x Zianka Media
Lintang KRP x SIR
Luwky
LZYVisual
MöDAR
MVLTIVERSE [Derek Tumala & Clarissa Gonzales) (Philippines)
Raymond Nogueira/Rampages (Macau)
RPTV
Studio Batu
SWIBOWOJ
Uji "Hahan" Handoko
UVISUAL

PROGRAM ACARA :
1. Tgl 26 Juli 2019, pukul 19.30 – 20.00 WIB : Opening Ceremoy SUMONAR –Pertunjukan Video Mapping di Gedung Museum Bank Indonesia, sekaligus pembukaan pameran video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol Km.
2. Tgl 26 Juli – 5 Agustus 2019, pukul 10.00 – 21.00 WIB : SUMONAR Exhibition – Pameran seni video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol KM.
3. Tgl 1 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Video Mapping Show –
Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta.
4. Tgl 4 Agustus 2019, pukul 15.00 – 17.00 WIB : Creative Sharing oleh Ican Agoesdjam dan Isha Hening di Loop Station (gratis dengan mendaftar).
5. Tgl 5 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Closing Ceremony SUMONAR – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta oleh featured artist untuk menutup rangkaian SUMONAR – My Place, My Time.
*program dapat berubah sewaktu-waktu
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Media contact : sumonar.marcom@gmail.com
SUMONAR MAPPING SHOW
1 Agustus 2019 | 19.00 WIB | GRATIS - Museum Bank Indonesia
- Kantor Pos Besar Yogyakarta
- Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta

VIDEO MAPPING SHOW
#SumonarArtist
- Anung Srihadi (@theanungs) x Ruly Kawit (@rulykawit) x Dani Argi (@go.ta.mi)
- Fanikini (@fanikini) x Bagus Tikus (@bagustikus) x Kukuh Jambronk (@mbronkmbrink)
- Ismoyo Adhi @ismoyo.adhi x THMD x Wasis Tanata
- Lepaskendali (@lepaskendalilabs) x BAZZIER (@bazzier_graphik) x SASI (@sasi_kirono)
- MöDAR (@resdept)
- Raymond Nogueira / RAMPAGES (@rampages.production) [Macau] 
#SumonarExhibition
- Anung Srihadi (@theanungs) x Ruly Kawit (@rulykawit) x Dani Argi (@go.ta.mi)
- Doni Maulistya (@maulistya)
- Fanikini (@fanikini)
- Ismoyo Adhi (@ismoyo.adhi)
- Lepaskendali (@lepaskendalilabs) x Zianka (@ziankamedia)
- Lintang Radittya (@kenalirangkaipakai) x SIR
- Luwky (@luwky_vj)
- MVLTIVERSE - Derek Tumala (@studioderektumala) x Clarissa Gonzales
- Raymond Nogueira / RAMPAGES (@rampages.production)
- Studio Batu (@studiobatu)
- Uji "Hahan" Handoko (@ujihahan)

#Sumonarfest
#Sumonar2019
#JVMP
#JVMF
#VideoMapping
SUMONAR EXHIBITION
My Place, My Time

26 Juli - 5 Agustus 2019 | 10.00 - 21.00 WIB | di Loop Station Yogyakarta 
@loopstation_yk | GRATIS

#SumonarArtists
.
• Lepas Kendali (@lepaskendalilabs) x Zianka Media (@ziankamedia) - "SSSQUARE V.01"
.
• Doni Maulistya (@maulistya) - "The Useless Monument"
.
• Ismoyo R Adhi (@ismoyo.adhi) - "Kinanti"
.
• Fanikini (@fanikini) - "Light Bathing"
.
• Luwky (@luwky_vj) - "The Square Universe"
.
• Raymond Nogueira / Rampages (@rampages.production) - "flow/er"
.
• Studio Batu (@studiobatu) • Uji "Hahan" Handoko (@ujihahan) - "I Love Bex"
.
• Anung Srihadi (@theanungs) x Ruly Kawit (@rulykawit) x Dani Argi (@go.ta.mi) - "LAMPOR"
.
• MVLTIVERSE. Derek Tumala (@studioderektumala) x Clarissa Gonzales - "Electropicalia".
.
• Lintang KRP (@kenalirangkaipakai) x SIR

#SumonarFest
#Sumonar2019
#Sumonar
#JVMP
#JVMF
#VideoMapping

CREATIVE SHARING
Daftarkan dirimu di #SumonarCreativeSharing
My Place, My Time
Bersama:
- Ican Agoesdjam @agoesdjam
- Isha Hening @ishahening
- Kongfoo Motion @kongfoo_motion

4 Agustus 2019
15.00 WIB - 17.00 WIB
Museum Sonobudoyo Yogyakarta

Pendaftaran:
- Online: bit.ly/regsumonar
- Offline: datang ke @loopstation_yk Lower Ground pukul 13.00 - 21.00 WIB

TEMPAT TERBATAS!

Informasi lebih lanjut:
0812 2938 1510 (Whatsapp)

#Sumonar
#Sumonar2019
#Sumonarfest
#JVMP
#JVMF
#VideoMapping
PEMBUKAAN SUMONAR

SUMONAR, Pengalaman Estetika Baru Dalam Menikmati Karya Seni

Yogyakarta, 26 Juli 2019 – Berbicara perihal video mapping, dalam beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan salah satu bentuk karya seni ini. Tidak hanya bagi mereka yang telah bergelut lama di dunia seni, banyak masyarakat dari disiplin ilmu lain pun telah melibatkan dirinya untuk menjadi bagian dalam proses terciptanya karya seni visual ini. Seiring berjalannya waktu, video mapping terus berkembang dan dikembangkan oleh para pelakunya di banyak kota di Indonesia, termasuk di Yogyakarta.

Dan Yogyakarta sendiri telah menjadi kota yang sangat serius mengembangkan karya seni ini. Sampai-sampai karya-karya video mapping yang telah diciptakan oleh para penggiatnya dikemas secara spektakuler dalam rangkaian festival, dan mulai diwujudkan melalui Jogjakarta Video Mapping Festival (JVMF) yang pertama kali digelar pada tahun 2018 lalu. 

Setelah berhasil di tahun pertamanya, festival ini kembali digelar di tahun 2019 dengan menggunakan “nama baru” SUMONAR dengan mengambil tema “My Place, My Time”. Festival ini resmi dibuka pada hari ini, Jumat (26/7/2019) di Kawasan 0 Kilometer Yogyakarta, dan dilihat secara langsung oleh ratusan orang yang berkerumun untuk menjadi saksi dari momen yang sangat jarang terjadi di Indonesia ini.

Festival Director SUMONAR, Ari Wulu memaparkan, SUMONAR sebagai bentuk penyajian karya video mapping ke dalam sebuah festival memerlukan proses yang sangat panjang. Hal ini bisa terwujud berkat kegigihan para seniman video mapping di Kota Gudeg untuk terus mengembangkan dan melakukan berbagai bentuk inovasi sehingga karya seni ini bisa tersaji dengan sangat luar biasa kepada publik Indonesia maupun dunia. Video mapping saat ini telah menjadi hasil dari sebuah proses berkesenian yang di dalamnya menggabungkan berbagai disipilin ilmu, mulai dari video, script, musik dan masih banyak lagi.

“Video mapping merupakan sebuah karya yang menggabungkan banyak disiplin ilmu. Di antaranya seperti video, script, musik dan masih banyak lagi dan kami representasikan ke objek-objek yang sangat representatif dan sangat menggambarkan Yogyakarta. Dengan adanya SUMONAR, kami kira hal ini akan menjadi salah satu alasan mengapa banyak masyarakat di Indonesia maupun dunia mau kembali berkunjung ke Yogyakarta setahun sekali,” papar Ari dalam pembukaan SUMONAR.

Kurator SUMONAR 2019, Sujud Dartanto melanjutkan, dengan adanya SUMONAR di Yogyakarta menjadi sebuah momen yang sangat istimewa bagi masyarakat di tanah air, karena untuk pertama kalinya di negara ini ada sebuah festival yang khusus menampilkan karya video mapping dari para seniman yang berasal dari Indonesia maupun berbagai negara di dunia. Kata Sujud, untuk karya-karya yang ditampilkan sendiri bukanlah apa yang sering masyarakat temukan di ruang galeri maupun museum sekalipun.

“Semua karya-karya yang kami tampilkan di sini sebelumnya telah kami kurasi terlebih dulu. Selain itu, sesuai dengan tema yang kami usung pada tahun ini yaitu “My Place, My Time”, karya-karya yang coba kami suguhkan pada tahun ini berbasis waktu. Ketika karya-karya itu telah ditampilkan, maka berakhirlah sudah. Dan dengan adanya SUMONAR ini merupakan sebuah ajakan mengalami pengalaman estetika baru dalam menikmati sebuah karya seni,” jelas Sudjud.

Ketua Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP), Raphael Donny menambahkan, selama penyelenggaraan SUMONAR dari 26 Juli hingga 5 Agustus 2019 mendatang, penyelenggara festival tidak hanya menyuguhkan karya-karya video mapping yang diaplikasikan pada media gedung seperti yang terjadi di Gedung Pos Indonesia dan Bank Indonesia saja. Selama 11 hari pelaksanaanya, SUMONAR akan menampilkan beragam karya video mapping berbentuk instalasi yang berlokasi di Loop Station yang dibuka sejak pukul 10.00 hingga 21.00 WIB.

“Kami berharap semoga dengan adanya SUMONAR ini, video mapping menjadi sebuah karya yang lebih memasyarakat lagi di kalangan khalayak luas,” tambah Raphael.

Didukung oleh proyektor laser berkekuatan hingga 25.000 lumens dengan rasio kontras hingga 2.500.000 berbanding, dalam penyelenggaraan di hari pertamanya SUMONAR menampilkan sederet karya yang diciptakan oleh Raymond Nogueira/Rampages (Macau), Fanikini x Bagustikus x Kukuhjambronk, LZYVisual, Uvisual, Modar, Furyco, Lepaskendali x Bazzier x Sasi.  Informasi selanjutnya mengenai SUMONAR dapat mengikuti kanal resmi di www.jogjavideomapping.comdan akun media sosial IG/Twitter/FB @Sumonarfest . (*)

Narasumber :

-       Ishari Sahida (Ari WVLV) – Festival Director SUMONAR 2019

-       Raphael Donny – Ketua JVMP

-       Sudjud Dartanto – Kurator SUMONAR 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ARTIS Video Mapping dan Instalasi SUMONAR 2019 :


Anung Srihadi X Ruly Kawit X Dani Argi 

Chiefy Pratama (NEXT) 

Doni Maulistya 

Eureca Indonesia 

Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk 

Furyco

Isha Hening X Iga Massardi 

Ismoyo R Adhi 

JVMP X Febrianto Tri Kurniawan 

Lepaskendali x Bazzier x Sasi 

Lepaskendali x Zianka Media 

Lintang KRP x SIR 

Luwky

LZYVisual

MöDAR

MVLTIVERSE [Derek Tumala & Clarissa Gonzales) (Philippines) 

Raymond Nogueira/Rampages (Macau) 

RPTV

Studio Batu 

SWIBOWOJ

Uji "Hahan" Handoko 

UVISUAL


 

PROGRAM ACARA :

1. Tgl 26 Juli 2019, pukul 19.30 – 20.00 WIB : Opening Ceremoy SUMONAR – Pertunjukan Video Mapping di Gedung Museum Bank Indonesia, sekaligus pembukaan pameran video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol Km.

2. Tgl 26 Juli – 5 Agustus 2019, pukul 10.00 – 21.00 WIB : SUMONAR Exhibition – Pameran seni video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol KM.

3. Tgl 1 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Video Mapping Show – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

4. Tgl 4 Agustus 2019, pukul 15.00 – 17.00 WIB : Creative Sharing oleh Ican Agoesdjam dan Isha Hening di Loop Station (gratis dengan mendaftar).

5. Tgl 5 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Closing Ceremony SUMONAR – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta oleh featured artist untuk menutup rangkaian SUMONAR – My Place, My Time.  

*program dapat berubah sewaktu-waktu

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Media contact : sumonar.marcom@gmail.com

PRESS RELEASE SUMONAR

Sumonar, Festival Video Mapping Pertama di Indonesia

Yogyakarta, 22 Juli 2019 – Video mapping menjadi salah satu bentuk karya seni yang kini memiliki ruang tersendiri di benak masyarakat. Bukan hanya hasil visualnya yang elok serta mampu menyita perhatian banyak orang, seringkali apa yang ingin disampaikan oleh seniman melalui karyanya itu mampu membuka cakrawala baru, di mana hal tersebut bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk manusia di dalam masyarakat. Tak hanya itu, video mapping tidak hanya membahas tentang bagaimana proses penciptaan video, namun di dalamnya pun terdapat ilustrasi musik, 3D desain, arsitektural, script writing dan masih banyak lagi.

Di Yogyakarta sendiri, video mapping sebenarnya telah didengungkan sejak lama oleh para seniman atau orang-orang yang memiliki minat lebih terhadap bidang ini. Pada tahun 2013 lalu adalah awal di mana video mapping disajikan kepada khalayak luas, dan termasuk ke dalam salah satu program yang ada di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), atau pada tahun ini berganti nama menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta.

Secara konsisten program ini terus dilakukan disetiap tahunnya dan mampu membetuk sebuah kelompok kolektif yang fokus mengembangkan hal tersebut dengan nama Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP). 5 tahun berjalan video mapping menjadi salah satu program yang disajikan kepada khalayak melalui FKY, di tahun 2018 gagasan yang telah tercipta sejak lama itu akhirnya berdiri sendiri menjadi bentuk festival dengan nama Jogjakarta Video Mapping Festival (JVMF).

Kala itu, festival yang pada awalnya hanya dibentuk untuk skala nasional itu mendapatkan apresiasi yang sangat meriah dari berbagai lapisan di masyarakat. Namun sebutan JVMF tidak mampu mengidentifikasi keberadaan festival ini di dunia internasional. Maka dari itu, di tahun 2019 JVMF pun berganti nama menjadi SUMONAR yang siap diselenggarakan pada 26 Juli hingga 5 Agustus 2019 mendatang dengan tajuk “My Place, My Time”.

Festival Director SUMONAR, Ari Wulu menjelaskan, SUMONAR merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu Sumon dan Sumunar. Sumon sendiri memiliki arti mengumpulkan, sementara Sumunar memiliki makna bercahaya. Kata Ari, pergantian nama dari JVMF ke Sumonar menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk bisa menjelaskan identitas dari festival ini kepada masyarakat Indonesia maupun dunia. Perkenalan melalui identitas tersebut dapat menambah keragaman video and art light festival internasional yang telah marak selama kurang lebih 10 tahun terakhir.

Selain itu lanjut Ari lagi, SUMONAR sendiri adalah upaya untuk menjawab kegelisahan manusia atas ruang kota yang dihuninya melalui pertunjukan video dan instalasi seni yang interaktif. Bangunan, tembok, pagar, jembatan, gedung, monumen, dan bangunan lain yang biasanya dianggap sebagai penghalang, bahkan kadang sama sekali tidak dianggap menjadi terlihat, serta memiliki fungsi baru atau fungsi lain di dalam festival ini.

“Dari tahun 2013 hingga 2017, video mapping menjadi salah satu program yang ada di dalam FKY. Dan di tahun 2018, kami berinisiatif membuat video mapping menjadi bentuk festival dan masih di dalam naungan FKY dan cakupannya belum terlalu luas. Festival ini memisahkan diri dari FKY adalah sebagai salah satu upaya agar cakupan festival ini bisa lebih besar lagi. Tidak hanya bagi masyarakat Jogja dan beberapa daerah lain di Indonesia, namun dunia. Maka dari itu, dengan pergantian nama menjadi SUMONAR pun membuat festival ini menjadi festival video mapping pertama di Indonesia berskala internasional,” tutur Ari.  

Untuk pemilihan tema “My Place, My Time” sendiri jelas Ari menjadi sebuah kisah kota yang sedang bercerita tentang dirinya. Di sini pihaknya ingin menggambarkan bagaimana budaya dan manusia yang lahir dari rahimnya bergerak kemudian berkembang dan berubah. Bisa dari bentuk, waktu, wajah , bau, perilaku, bunyi, dan segala hal yang membangunnya. Dan di dalam kehidupannya, kota tak lepas dari kesepakatan yang muncul sebelumnya, dan imbas dari kesepakatan itu yang mampu membentuk dirinya sebagai kota.

“Ada dua prasa yang tersirat di dalam tema “My Place, My Time”. Prasa yang pertama adalah kami di sini hari ini, dan yang kedua adalah kami melihat kota ini dari sudut pandang sendiri. Kota ini terbentuk dari akibat penguasanya, pemerintahnya, senimannya, pelajarnya dan semua lapisan masyarakat yang ada di kota ini. Biasanya suatu kota terwujud setelah konstelasi besar, yang mana mampu membuat kota menjadi seperti ini,” jelas Ari.

Ketua JVMP, Raphael Donny melanjutkan, SUMONAR 2019 akan dilaksanakan di seputaran Kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta, di antaranya seperti di Museum Bank Indonesia, Kantor Pos Yogyakarta dan lainnya. Selama 11 hari penyelenggaraannya besok, tidak hanya seniman-seniman asal Indonesia saja yang akan menyuguhkan karya dalam bentuk pertunjukan video maupun instalasi. Ada beberapa seniman yang berasal dari Makau dan Filipina siap berkontribusi dalam festival ini.

“Sebelumnya kami telah mengirimkan penjelasan tentang tema yang akan digunakan untuk SUMONAR pada tahun ini. Besok mereka (para seniman) akan memaknai bagaimana mereka melihat kotanya. Para seniman yang berasal dari luar Indonesia akan membawa perspektif mereka tentang kotanya masing-masing, yang direalisasikan ke dalam karya yang akan ditampilkan dalam SUMONAR 2019,” papar Raphael.

Papar Ari lagi, dengan diselenggarakannya SUMONAR 2019 pihaknya berharap festival ini akan menumbuhkan gagasan kreatif bagaimana memanfaatkan teknologi yang terdapat dalam video mapping mampu memberikan kontribusi besar terhadap diri manusia. Selama ini manusia tidak pernah terjebak oleh teknologi, melainkan manusia adalah makhluk yang paling berhak menentukan jalannya sendiri.

“Kali ini SUMONAR didukung oleh proyektor laser dari Epson yang berkekuatan hingga 25.000 lumens dengan rasio kontras hingga 2.500.000 berbanding. Dan ini bukan kali pertama bagi Epson mendukung pagelaran video mapping yang ada di Jogja. Tahun lalu misalnya, pada saat kami membuat karya seni digital pada bidang gedung Museum Bank Indonesia Jogja, Epson kami percaya untuk mengkolaborasikan antara mahakarya video mapping dengan teknologi terkini dari proyektor laser milik Epson. Dan kami berharap, semoga hal ini akan menjadi proses kolaborasi yang apik antara SUMONAR dan Epson,” tambah Ari. (*)

Narasumber :

-        Ishari Sahida (Ari WVLV) – Festival Director SUMONAR 2019

-        Hanes – Lepaskendali/JVMP

-        Roby Setiawan – Art Director SUMONAR 2019

-        Sujud Dartanto – Kurator SUMONAR 2019

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ARTIS Video Mapping dan Instalasi SUMONAR 2019 :

Anung Srihadi X Ruly Kawit X Dani Argi

APEMOTION

Chiefy Pratama (NEXT)

Derek Tumala (Philippines)

Doni Maulistya

Eureca Indonesia

Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk

Furyco

Isha Hening X Iga Massardi

Ismoyo R Adhi

JVMP X Febrianto Tri Kurniawan

Kevin Rajabuan

Lepaskendali x Bazzier x Sasi

Lepaskendali x Zianka Media

Lintang KRP x SIR

Luwky

LZYVisual

MöDAR

Raymond Nogueira/Rampage (Macau)

RPTV

Studio Batu

SWIBOWOJ

Uji "Hahan" Handoko

UVISUAL


 PROGRAM ACARA :

1. Tgl 26 Juli 2019, pukul 19.30 – 20.00 WIB : Opening Ceremoy SUMONAR – Pertunjukan Video Mapping di Gedung Museum Bank Indonesia, sekaligus pembukaan pameran video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol Km.

2. Tgl 26 Juli – 5 Agustus 2019, pukul 10.00 – 21.00 WIB : SUMONAR Exhibition – Pameran seni video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol KM.

3. Tgl 1 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Video Mapping Show – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

4. Tgl 4 Agustus 2019, pukul 15.00 – 17.00 WIB : Creative Sharing oleh Ican Agoesdjam & Isha Hening di Loop Station (gratis dengan mendaftar).

5. Tgl 5 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB : Closing Ceremony SUMONAR – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta oleh featured artist untuk menutup rangkaian SUMONAR – My Place, My Time. 

*program dapat berubah sewaktu-waktu

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kanal informasi :

IG : @sumonarfest

Website : www.jogjavideomapping.com

Media contact : sumonar.marcom@gmail.com

 


JVMF
Dibuka sejak tanggal 23 Juli lalu, Festival Kesenian Yogyakarta ke-30 (FKY#30), telah berlangsung selama 11 hari. Mulai malam ini, Kamis, 2 Agustus 2018, Malioboro akan bermandikan cahaya berkata program Jogja Video Mapping Project (JVMP) persembahan FKY #30.

JVMP dimulai sejak 2013. Di setiap pelaksanaannya, JVMP menampilkan presentasi video pada obyek bangunan landmark kota. Tak hanya di Yogyakarta, tapi juga di kota lain, dan bahkan di luar negeri.

Tahun ini JVMP dan FKY bekerjasama menyuguhkan lebih dari sekadar project proyeksi pada bangunan, namun juga instalasi cahaya di sepanjang Jalan Malioboro. Jogja Video Mapping Festival ini akan diselenggarakan di tanggal 2-4 Agustus 2018 di sepanjang Malioboro dan No Kilometer, dengan melibatkan seniman-seniman visual dari Yogyakarta dan kota-kota lainnya.

Seniman yang terlibat antara lain Anung Srihadi X Rahmat Gepeng Njawani (Yogyakarta), Eureca Indonesia (Jakarta), Kokoksaja X APE (Bali), Lepaskendali Labs (Yogyakarta), Lintang Radittya (Yogyakarta), Chiefy Flicker x ARWTK (Jakarta), Luwky (Malang), Furyco Studio (Bandung), LZY Visual (Surabaya), MöDAR (Yogyakarta), Motion House (Jakarta), dan banyak lainnya.
JVMP
JVMP merespons Gedung Utama DPRD DIY yang terletak di kawasan Malioboro, Minggu malam (30/8). Cahaya projector mampu menambah keindahan artistik gedung wakil rakyat ini.
JOGJA – Jogja Video Mapping Project (JVMP) kembali beraksi di gelaran Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Kali ini JVMP merespons Gedung Utama DPRD DIJ yang terletak di kawasan Malioboro, Minggu malam (30/8). Cahaya projector mampu menambah keindahan artistik gedung wakil rakyat ini.
Aksi kemarin merupakan agenda pertama mereka dalam penyelenggaraan FKY 27. Koordinator JVMP Raphael Donny mengungkapkan, aksi JVMP memang ikonik. Pihaknya, memilih merespons gedung-gedung bersejarah di Jogjakarta dengan video mapping.
“Untuk kali ini kita respons secara bebas. Ada sekitar lima karya yang kita hadirkan dalam video mapping di Gedung DPRD DIJ. Untuk menghidupkan suasana juga berkolaborasi dengan tari,” ungkapnya.
Aksi mereka di Gedung DPRD DIJ terbilang kreatif. Setiap sudut gedung direspons dengan beragam pola visual yang indah. Mulai dari efek 3 dimensi (3D) hingga permainan warna dihadirkan oleh JVMP.
Tarian yang dihadirkan ikut menambah keindahan cahaya yang dihasilkan oleh penggawa-penggawa JVMP. Antusiame penonton pun membeludak hingga ke gerbang luar DPRD DIJ. Beberapa pengendara bahkan melambatkan kendaraan mereka ketika melewati gedung ini.
Penonton terlihat memadati gedung wakil rakyat ini. Saat permainan cahaya dimulai, tak jarang mereka mengabadikannya melalui gadget masing-masing. Baik dalam foto maupun mengabadikannya ke dalam video.
“Animo masyarakat untuk menikmati JVMP selalu meningkat. Bahkan peminat untuk belajar juga bertambah. Di FKY 27, kita membuka sesi khusus untuk berbagi ilmu,” katanya.
Dipilihnya Gedung DPRD selain mengandung nilai sejarah juga karena lekuk arsitekturnya. Empat pilar raksasa, dua buah pintu besar hingga logo Pemprov DIJ direspons secara apik.
“Ada tantangan tersendiri untuk “mewarnai” Gedung DPRD DIJ. Meski begitu, gedung ini tidak memiliki penghalang di depannya sehingga idel untuk direspons,” urainya.
Selain Gedung DPRD DIJ, JVMP juga akan mewarnai Panggung Krapyak pada 4 September mendatang. JVMP tengah mempersiapkan desain untuk berkolaborasi dengan bangunan bersejarah milik Keraton Jogjakarta ini.
FESTIVAL KESENIAN YOGYAKARTA
Yogyakarta, 31 Agustus 2016. Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP) adalah salah satu program Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 28. Tahun ini JVMP akan diadakan dua kali di dua tempat yaitu di Taman Budaya Yogyakarta pada 31 Agustus 2016 dan di Jogja National Museum pada 4 September 2016, pada pukul 19:30 WIB

Seperti tahun-tahun sebelumnya, JVMP kali ini mengundang beberapa partisipan dengan membuka open participant pada 2 – 17 Agustus 2016 lalu. Perbedaan pertunjukkan dengan tahun lalu, akan menambahkan elemen interaktif dengan para pengunjung dengan menggunakan teknik augmented reality.

Pertunjukkan 31 Agustus di Taman Budaya Yogyakarta, akan menampilkan karya-karya dari Kevin Rajabuan dan Bernadetha Sarinande yang berjudul Warna Hari ini Dulu, Isha Hening dengan karya bertajuk No Title, Dhanank Pambayun, Yennu Ariendra, dan Raphael Donny berjudul Purwa Netra, serta Lepaskendali dengan judul End of Era. Untuk mengantisipasi membludaknya pengunjung, pertunjukkan di TBY tersebut akan dibagi dalam tiga sesi yang masing-masing sesi dengan konten video mapping yang sama.

Sementara pada pertunjukkan di Jogja National Museum, 4 September 2016 mendatang, akan ada kolaborasi dengan 28 siswa SD pemenang lomba menggambar facade bangunan yang dulu lebih dikenal sebagai Gedung ASRI tersebut.

“Ini untuk menunjukkan ke masyarakat bahwa tidak hanya video atau motion graphic saja yang bisa dijadikan konten JVMP, tapi gambar anak-anak pun bisa.”, jelas Raphael Donny, Koordinator Jogjakarta Video Mapping Project FKY 28 ini.